Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya menyatakan bahwa serangkaian kunjungan luar negeri Presiden Prabowo Subianto berhasil mencatatkan komitmen investasi yang sangat signifikan dan memperkuat posisi diplomasi Indonesia di kancah internasional. Kunjungan ini dipusatkan pada kehadiran Prabowo dalam Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat.
Selama enam hari, Prabowo melakukan lawatan ke empat negara, yang menunjukan jumlah keterlibatan dan kerjasama internasional yang terus meningkat. Rangkaian kunjungan ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi ekonomi dan politik Indonesia.
Pertama, Jepang menjadi negara yang dikunjungi Prabowo untuk menghadiri Expo Osaka 2025, di mana ia juga bertemu berbagai pemimpin dunia lainnya. Penandatanganan komitmen investasi yang signifikan mencerminkan prospek bagus bagi masa depan perdagangan Indonesia.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Jepang dan Komitmen Investasi yang Dicapai
Berdasarkan laporan Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy, dari ajang internasional tersebut tercatat investasi sebesar USD23,8 miliar, setara dengan Rp380 triliun. Angka ini mencerminkan minat tinggi investor internasional terhadap potensi Indonesia.
Lawatan ke Jepang ini tidak hanya sebagai langkah diplomatis, tetapi juga sebagai langkah strategis untuk meningkatkan hubungan ekonomi. Paviliun Indonesia di expo menjadi titik fokus untuk mempromosikan produk dan budaya lokal kepada audiens internasional.
Setelah Jepang, Prabowo melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat. Di sini, ia mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB pada urutan ketiga, menjadikannya salah satu tokoh terpenting dalam forum tersebut.
Pidato yang Meningkatkan Citra Indonesia di Dunia Internasional
Pidato Prabowo yang dianggap berani dan tegas berhasil menarik perhatian banyak pemimpin dunia. Termasuk Presiden Amerika Serikat dan beberapa pemimpin negara lainnya, yang memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pernyataan dan visi yang ia sampaikan.
Dalam berbagai interaksi, Prabowo bertukar pandangan mengenai isu-isu global yang krusial, sehingga mendemonstrasikan peran Indonesia sebagai negara yang aktif dalam pembahasan skala internasional. Keterlibatan ini penting untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia.
Selain itu, Presiden Prabowo juga mengadakan pertemuan dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. Dalam diskusi tersebut, Infantino menegaskan komitmennya untuk mendukung pengembangan sepak bola muda di Indonesia, sebuah langkah yang strategis untuk memajukan olahraga nasional.
Tanda Tangan Perjanjian Strategis dengan Kanada dan Belanda
Kunjungan Prabowo ke Kanada menghasilkan pencapaian yang signifikan. Indonesia dan Kanada resmi menandatangani Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA), yang secara substansial akan menghapus sebagian besar tarif barang dari Indonesia.
Dari perjanjian ini, sekitar 90,5 persen tarif produk Indonesia akan dihapus, yang tentu akan berdampak positif bagi perdagangan, dan meningkatkan akses pasar bagi produk-produk Indonesia. Ini adalah langkah penting dalam memperkuat kerjasama ekonomi antara kedua negara.
Setelah Kanada, Prabowo melanjutkan kunjungannya ke Belanda, di mana ia disambut oleh Raja Willem-Alexander dan Ratu Máxima. Pertemuan ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi juga menunjukkan komitmen kedua negara untuk memperkuat hubungan bilateral yang telah terjalin lama.
Pengembalian Artefak Sejarah dan Kerjasama Budaya
Dalam pertemuan dengan raja Belanda, disepakati pengembalian sekitar 30 ribu benda dan artefak bersejarah yang berasal dari Jawa dan dokumen penting milik Indonesia. Ini merupakan langkah positif yang menunjukkan pengakuan Belanda terhadap sejarah dan budaya Indonesia.
Pengembalian artefak ini bukan hanya soal materi, tetapi juga soal rekonsiliasi sejarah antara kedua negara. Hal ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menghargai warisan budayanya lebih dalam, serta menjadi bagian dari proses pelestarian sejarah.
Pertemuan ini diharapkan akan menjadi awal dari kerjasama yang lebih erat antara Indonesia dan Belanda dalam bidang kebudayaan, pendidikan, dan pariwisata, menawarkan peluang bagi pertumbuhan dua arah yang saling menguntungkan.