Baru-baru ini, dua insiden tragis terjadi di Himalaya yang merenggut nyawa sembilan pendaki. Tujuh pendaki berasal dari Yalung Ri di Dolakha, sedangkan dua lainnya di Panbari Himal di wilayah Manaslu.
Tragedi ini menyoroti masalah serius dalam sistem tanggap darurat di Nepal. Banyak yang mengecam sistem perizinan yang rumit, yang dianggap memperlambat respons penyelamatan yang sangat dibutuhkan pada saat-saat krisis ini.
Pendaki yang selamat, Nima Gyalzen Sherpa, berbagi kisahnya dari rumah sakit di Kathmandu setelah mengalami momen menegangkan. Dia mengungkapkan, mereka harus menunggu lebih dari 24 jam untuk evakuasi, dan perasaan putus asa sangat terasa di antara mereka yang terjebak.
Kejadian tersebut berlangsung di Lembah Rolwaling, di mana segala upaya penyelamatan sangat bergantung pada izin pemerintah yang rumit. Penundaan otorisasi menyebabkan upaya penyelamatan terhenti meski ada permohonan mendesak yang disampaikan dari lokasi kejadian.
Seorang pilot penyelamat berpengalaman menyatakan bahwa banyaknya izin yang harus ditempuh menyebabkan prosedur penyelamatan menjadi lambat dan berbelit-belit. “Ini merupakan situasi yang sangat kritis dan membutuhkan perhatian lebih agar nyawa dapat diselamatkan,” ujarnya.
Tragedi di Himalaya: Menyusuri Kejadian Mematikan di Lembah Rolwaling
Insiden yang merenggut nyawa para pendaki ini demikian mengejutkan banyak pihak, mengingat tingginya popularitas trekking di area tersebut. Banyak orang datang untuk menikmati keindahan alam, tetapi tidak semua mempertimbangkan risiko yang ada.
Pendaki yang terjebak saat longsor mengungkapkan betapa sulitnya mendapatkan perhatian dari otoritas saat mereka berada dalam situasi gawat. “Kami hanya berharap agar segera ada bantuan,” kata salah satu pendaki yang mengalami kecelakaan itu.
Pihak penyelamat mengakui bahwa meskipun upaya dilakukan secepat mungkin, sistem yang ada tidak mendukung keadaan darurat semacam ini. Penundaan yang terjadi membuat situasi semakin parah, dan waktu sangat krusial untuk keselamatan jiwa.
Sekali lagi, ini menegaskan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk reformasi dalam sistem perizinan yang mengatur operasi penyelamatan. Tanpa adanya revisi, kejadian serupa berpotensi terjadi di masa mendatang.
Kritik terhadap Sistem Tanggap Darurat di Nepal
Pihak berwenang lokal dan masyarakat di sekitar lokasi kejadian menyatakan kekecewaannya terhadap sistem yang ada. Dalam banyak kesempatan, mereka merasa seharusnya bisa berbuat lebih banyak untuk menyelamatkan nyawa yang bisa terhindar.
Ketua Wilayah Kotamadya Pedesaan Gaurishankar, Nimgeli Sherpa, menekankan pentingnya perubahan kebijakan untuk meningkatkan respons dalam keadaan darurat. “Prosedur yang lambat ini hanya akan semakin memperburuk situasi,” ujarnya.
Permintaan adanya perubahan sudah disampaikan berkali-kali, tetapi hingga kini, tidak ada langkah konkret yang diambil. Masyarakat lokal berharap agar kejadian ini menjadi titik tolak untuk reformasi yang mendesak.
Pendaki yang pernah berada dalam situasi kritis juga menyerukan peningkatan kesadaran mengenai risiko yang dihadapi saat mendaki di wilayah tersebut. “Penting bagi semua orang yang ingin mendaki untuk tahu betapa berbahayanya situasi yang bisa muncul,” tegas mereka.
Pentingnya Reformasi Kebijakan untuk Menyelamatkan Nyawa
Reformasi dalam sistem penyelamatan dan perizinan merupakan langkah penting demi keselamatan pendaki di Himalaya. Sementara keindahan alam yang ditawarkan menjadi daya tarik tersendiri, keselamatan harus menjadi prioritas utama.
Langkah-langkah baru perlu diambil untuk mempercepat proses perizinan yang sering kali memperlambat upaya penyelamatan. Diharapkan bahwa dengan perubahan ini, nyawa pendaki dapat diselamatkan lebih banyak di masa depan.
Tantangan yang dihadapi saat ini menunjukkan bahwa sistem yang ada sudah tidak memadai untuk menangani situasi darurat dengan baik. Terlepas dari semua kesulitan, upaya penyelamatan yang efisien harus menjadi agenda utama.
Di tengah indahnya pegunungan Himalaya, terdapat tantangan yang harus dihadapi agar dapat mengurangi risiko di masa mendatang. Semoga reformasi yang diperlukan dapat segera direalisasikan demi keselamatan semua pendaki.







