Ketua Komite Percepatan Reformasi Polri, Jimly Asshiddiqie, terlibat langsung dalam proses pemakaman mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar. Jenazahnya disalatkan dengan khidmat di Masjid Asy Syariff, BSD, Kota Tangerang Selatan, di hadapan keluarga dan kerabat dekat.
Proses salat jenazah berlangsung sederhana namun penuh emosi, mencerminkan kehilangan yang mendalam bagi semua yang mengenal almarhum. Antasari Azhar, yang meninggal dalam usia 72 tahun, meninggalkan dua anak dan tujuh cucu yang akan terus mengenang jasa dan perjuangannya.
P setelah salat, jenazah Antasari dibawa menuju San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, untuk dimakamkan dengan cara yang layak. Moment ini mencerminkan bagaimana masyarakat menghormati sosok yang telah berkontribusi besar terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kenangan dan Penghormatan Terakhir untuk Antasari Azhar
Jimly Asshiddiqie mengenang Antasari dengan penuh rasa hormat dan nostalgia. “Saya bertemu Pak Antasari sebelum dia bebas murni, di Tangerang,” ungkapnya, menambahkan bahwa banyak penyakit yang diderita almarhum begitu cepat mengambil nyawanya. Kepergian Antasari meninggalkan kesedihan di hati banyak orang, terutama yang mengenalnya secara pribadi.
Antasari dikenal sebagai sosok yang tegas dan berkomitmen dalam tugasnya, terutama saat memimpin KPK. Keberaniannya menghadapi berbagai tantangan dalam pemberantasan korupsi patut diapresiasi dan diingat oleh generasi mendatang.
Dalam kesempatan itu, Jimly pun mengajak semua yang hadir untuk mendoakan almarhum agar diterima di sisi Allah dan diampuni segala dosa yang pernah diperbuat. Ini adalah sebuah harapan yang tulus bagi semua yang ditinggalkan dan bagi diri almarhum sendiri.
Perjuangan dan Pengabdian Antasari Azhar dalam Pemberantasan Korupsi
Antasari Azhar lahir pada 18 Maret 1953 di Pangkal Pinang dan dikenal luas publik sebagai seorang pemberantasan korupsi yang gigih. Selama masa jabatannya di KPK, ia berhasil mengungkap banyak kasus besar yang melibatkan oknum berpengaruh.
Pada masa kepemimpinannya, KPK mendapatkan kepercayaan publik yang tinggi berkat transparansi dan keberaniannya menangani kasus-kasus yang sensitif. Namun, perjalanan karirnya tidak selalu mulus, diwarnai oleh berbagai tantangan dan kontroversi.
Saat berusaha memberantas korupsi, Antasari tidak hanya menghadapi perlawanan dari pelaku korupsi, tetapi juga berbagai isu hukum yang menimpanya. Meski demikian, ia tetap berkomitmen pada prinsipnya untuk menegakkan keadilan.
Pengalaman Terakhir dan Momen Berharga Keluarga Antasari Azhar
Keberadaan Antasari di rumah saat meninggal adalah salah satu keinginan terbesarnya. Ardiansyah, menantu almarhum, berbagi bahwa ia sempat dirawat di rumah sakit sebelum diizinkan pulang untuk menghabiskan waktu terakhir di rumah. “Dia ingin meninggal di rumah, itu keinginannya,” ungkapnya.
Ketika kondisi kritis tiba, keluarga mengantarkan almarhum dengan penuh kasih sayang. Mereka merasa lebih baik untuk melihatnya meninggal dalam suasana yang familiar dan penuh cinta, dikelilingi orang-orang terkasih.
Saat acara pemakaman, Ardiansyah mewakili keluarga meminta maaf kepada masyarakat atas segala kesalahan almarhum selama hidupnya. “Kami berharap Antasari mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah,” ucapnya dengan penuh haru.







