loading…
Sejarah sering kali menyimpan fakta-fakta menarik yang tak terduga, salah satunya mengenai kakek pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, yaitu Kim Il-Sung. Ternyata, Kim Il-Sung pernah dianugerahi gelar doktor honoris causa oleh Universitas Indonesia (UI) selama kunjungannya ke Indonesia pada tahun 1965.
Peristiwa tersebut terjadi pada saat upacara yang dilaksanakan di Istana Negara, menandakan hubungan diplomatik yang erat antara kedua negara. Kim Il-Sung, yang merupakan pendiri dan presiden pertama Korea Utara, bercita-cita membangun negara yang kuat dan mandiri, terlepas dari pengaruh luar.
Di balik gelar yang diterimanya, terdapat hubungan khusus antara Kim Il-Sung dan Presiden Soekarno. Kunjungan Kim ke Indonesia pada 20 April 1965 menjadi bagian dari peringatan 10 tahun Konferensi Asia-Afrika, di mana keduanya saling berkolaborasi untuk memperkuat posisi negara berkembang.
Peran Kim Il-Sung dalam Sejarah Korea Utara yang Signifikan
Kim Il-Sung dilahirkan pada 15 April 1912 dan menjadi presiden sejak 1948 hingga wafatnya pada 1994. Ia menjadi tokoh yang menciptakan ideologi Juche, yang menekankan kemandirian dan menutup akses Korea Utara dari dunia internasional. Ideologi ini sangat mempengaruhi kebijakan negara selama berpuluh tahun.
Pendirian Republik Rakyat Demokrasi Korea Utara di bawah kepemimpinannya membawa banyak perubahan, termasuk pengembangan industri dan pertanian. Dengan cara ini, Kim berusaha mewujudkan sebuah negara yang dapat berdiri di atas kaki sendiri, jauh dari ketergantungan kepada negara lain.
Meskipun banyak kritik dan tantangan, Kim Il-Sung tetap memperkuat kekuasaannya dan mempertahankan kontrol politik yang ketat. Kebijakan-kebijakannya sering kali menjadi sorotan media internasional, terutama dalam konteks hak asasi manusia dan kebebasan berpendapat.
Hubungan Diplomatik antara Korea Utara dan Indonesia
Hubungan antara Korea Utara dan Indonesia dikuatkan melalui kedekatan Kim Il-Sung dan Soekarno. Keduanya memiliki pandangan yang sama mengenai anti-kolonialisme dan solidaritas negara berkembang, yang memperkuat posisi mereka di panggung internasional. Hubungan ini ditandai dengan beberapa kunjungan resmi yang saling menguntungkan.
Taktik politik kedua pemimpin ini bersandar pada ingin menjalin ikatan yang lebih kuat di tengah ketegangan global. Ketika Kim Il-Sung mengunjungi Indonesia, acara tersebut menjadi simbol persahabatan, mengingat kedua negara memiliki banyak kesamaan dalam perjuangan.
Presiden Soekarno, yang juga dikenal sebagai sosialis, sangat memandang positif atas kebangkitan negara-negara yang baru merdeka. Melalui berbagai kerjasama, termasuk di bidang ekonomi dan pertahanan, keduanya berusaha menciptakan sebuah dunia yang lebih seimbang bagi negara-negara berkembang.
Penghargaan dari Universitas Indonesia dan Signifikansinya
Pemberian gelar doktor honoris causa kepada Kim Il-Sung membawa dampak signifikan, tidak hanya bagi hubungan kedua negara, tetapi juga untuk posisi UI di arena internasional. Gelar ini menjadi salah satu langkah strategis untuk memperkuat hubungan internasionalnya dengan negara-negara yang terlibat dalam gerakan non-blok. Dalam konteks ini, universitas berusaha mengambil peran yang lebih aktif dalam diskusi global.
Awalnya, usulan untuk penganugerahan gelar ini datang dari Rektor UI saat itu, Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro, yang mengusulkan bidang ilmu sosial. Namun, Soekarno lebih memilih gelar dalam bidang teknik, melihat kemajuan industri mesin Korea Utara yang saat itu mengesankan.
Penghargaan serupa sebelumnya juga diberikan kepada tokoh-tokoh penting lainnya, menunjukkan bahwa UI berkomitmen pada dialog antara kebudayaan dan pemikiran. Ini menjadi bagian dari upaya UI untuk menciptakan jaringan akademis dan diplomatik yang saling menguntungkan di antara negara-negara berkembang.