Tim gabungan TNI dan Polri berhasil melakukan evakuasi terhadap enam personel TNI Angkatan Darat yang terjebak dalam situasi berbahaya di Kampung Pirip, Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan. Kejadian ini terjadi Pada Selasa, 16 September, di mana tim evakuasi bekerja keras untuk menyelamatkan mereka yang berada di bawah tekanan beberapa pihak yang bermusuhan.
Kepala Operasi Damai Cartenz mengungkapkan bahwa evakuasi berlangsung mulai pukul 17.26 WIT. Proses penyelamatan ini melibatkan tiga unit kendaraan roda enam dan tiga kendaraan roda empat yang dipimpin oleh Ipda Abdul Azis dari Satuan Brimob.
Situasi sulit tersebut terjadi akibat kerusuhan yang dipicu oleh kesalahpahaman antarpelajar, yang menyebabkan bentrokan meluas dan membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Banyak warga yang terpaksa mengungsi ke Mapolres Yalimo demi keamanan mereka.
Proses Evakuasi yang Penuh Tantangan dan Resiko Tinggi
Evakuasi tidak berjalan mulus, tim mengalami serangan dari berbagai arah saat berusaha menyelamatkan para prajurit. Meskipun begitu, aparat keamanan mampu memukul mundur kelompok penyerang, memungkinkan operasi penyelamatan terselesaikan. Dalam proses ini, tiga personel mengalami luka parah dan harus dirawat intensif.
Setelah berhasil dievakuasi, enam personel tersebut langsung dibawa ke Mapolres Yalimo untuk mendapatkan perawatan medis. Pihak medis di rumah sakit setempat segera menangani mereka yang terluka, termasuk Sertu Nando Manurung, Sertu Kantum, dan Letda Inf Supardi.
Situasi kompleks di lapangan menunjukkan ketegangan yang tinggi dan risiko yang harus dihadapi oleh tim. Meski ada ancaman dari massa, keberanian aparat menjadi kunci keberhasilan operasi ini. Kolaborasi antara TNI dan Polri pun terbukti efektif dalam situasi krisis seperti ini.
Kerusuhan yang Memicu Pelarian Massal di Yalimo
Kerusuhan yang terjadi di Elelim berawal dari konflik antarpelajar di SMA Negeri 1. Karena salah paham, situasi tersebut berkembang menjadi kerusuhan yang melibatkan banyak pihak dan mengakibatkan ratusan warga harus mengungsi. Kondisi ini menambah beban bagi tim keamanan yang sudah menangani evakuasi.
Akibat kerusuhan, puluhan bangunan termasuk rumah, ruko, dan fasilitas umum terbakar. Kebakaran ini tidak hanya merugikan para pemilik bangunan, tetapi juga menciptakan suasana yang semakin mencekam bagi masyarakat. Pengungsian menjadi pilihan terakhir bagi mereka yang ingin tetap aman.
Beberapa orang dari aparat kepolisian juga turut menjadi korban dalam insiden tersebut. Mereka mengalami luka akibat lemparan batu dan panah, menunjukkan bahwa keadaan semakin memburuk. Penyebab konflik yang belum terpecahkan ini menunjukkan tantangan yang dihadapi aparat keamanan dalam menjaga kedamaian di daerah tersebut.
Akibat Fatal dan Kerugian Jiwa dalam Kerusuhan
Sayangnya, kerusuhan ini mengakibatkan korban jiwa di kalangan masyarakat sipil. Dua warga, Nasir Daeng Mappa dan anaknya, meninggal dunia karena terjebak dalam mobil yang terbakar. Kejadian tragis seperti ini menguatkan betapa parahnya situasi yang terjadi di lapangan selama kerusuhan berlangsung.
Selain itu, banyak warga yang terluka, termasuk seorang anak berusia sepuluh tahun yang menderita luka sayatan di leher. Insiden ini tidak hanya meninggalkan dampak fisik tetapi juga psikologis pada masyarakat yang hidup dalam ketakutan. Pelajar bernama Sadrak Yohame juga meninggal akibat luka tembak, menambah daftar panjang kerugian dalam peristiwa tersebut.
Peristiwa ini memperlihatkan betapa rentannya kehidupan di daerah yang sedang mengalami ketegangan sosial. Dalam keadaan seperti ini, tim keamanan harus bekerja ekstra keras untuk meredakan situasi dan menyelamatkan jiwa manusia. Ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar tetap waspada dan peka terhadap kondisi sosial yang ada.