loading…
Tim dosen Universitas Budi Luhur Jakarta baru saja menyelenggarakan Program Revitalisasi Keboen Gizi di RT 13, Kelurahan Mustikasari, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dalam memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik, sekaligus mendorong budi daya Tanaman Obat Keluarga (Toga) yang berkelanjutan.
Kegiatan ini menjadi penting mengingat tantangan lingkungan dan ketahanan pangan yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan saat ini. Dengan pendekatan ekonomi sirkular, diharapkan program ini dapat memberikan solusi yang nyata dan berkelanjutan untuk isu-isu yang mendesak di lingkungan sekitar.
“Melalui program ini, kami ingin masyarakat memperoleh keterampilan dalam mengelola limbah mereka sendiri, menciptakan produk yang berguna, dan berkontribusi terhadap lingkungan yang lebih bersih,” ujar Deden Kurniawan, ketua program sekaligus dosen pengusul.
Deden juga menjelaskan bahwa pemilihan lokasi pengabdian ini tidak sembarangan. Keboen Gizi RT 13 dipilih karena merupakan inisiatif komunitas yang memiliki sejarah panjang dalam mengatasi keterbatasan ruang terbuka hijau di area yang padat penduduk.
Pentingnya Edukasi Masyarakat dalam Pengelolaan Limbah
Kegiatan edukasi ini menyoroti peran penting masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar. Dengan memberikan pengetahuan tentang pengolahan limbah rumah tangga, diharapkan bisa mendorong kesadaran akan pentingnya keberlanjutan. Banyak anggota masyarakat yang belum menyadari potensi limbah mereka dapat diolah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
Selain itu, pemahaman tentang pupuk organik semakin penting di tengah meningkatnya kesadaran akan keamanan pangan. Dengan memproduksi pupuk organik, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.
Kegiatan ini tidak hanya sekadar teori, tetapi juga praktik lanjutan di mana warga belajar langsung cara membuat pupuk dari limbah rumah tangga. Pendekatan ini membuat pendidikan lebih kontekstual dan mudah dipahami bagi masyarakat.
Budi daya Tanaman Obat Keluarga (Toga) juga menjadi sorotan utama dalam program ini, dengan harapan bahwa masyarakat bisa memanfaatkan tanaman ini untuk kesehatan sehari-hari. Di era modern ini, banyak orang beralih ke alternatif alami untuk menjaga kesehatan.
Revitalisasi Keboen Gizi sebagai Inisiatif Komunitas
Keboen Gizi RT 13 berdiri lebih dari 15 tahun lalu sebagai respons terhadap kurangnya ruang hijau di area urban yang padat. Masyarakat setempat mengambil langkah proaktif untuk menciptakan kebun komunitas yang dapat menjadi solusi untuk masalah lingkungan. Kebun ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat berkumpul, tetapi juga sebagai sumber pangan dan peningkatan kualitas hidup.
Sayangnya, setelah wafatnya pendiri kebun, Asep Saepudin, kebun ini mengalami kemunduran. Revitalisasi sangat diperlukan untuk mengembalikan semangat dan fungsi kebun yang telah berjalan baik sebelumnya. Program ini diharapkan mampu memberikan energi dan usaha yang diperlukan untuk menjaga kebun tetap hidup.
Pentingnya revitalisasi ini terletak pada keberlanjutan inisiatif komunitas. Dengan dukungan dari perguruan tinggi, diharapkan masyarakat dapat kembali mengambil alih dan merawat kebun mereka sendiri. Hal ini akan memperkuat rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Kegiatan revitalisasi ini juga memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya berkebun. Dengan melibatkan mereka, diharapkan kesadaran akan lingkungan dan pertanian dapat diteruskan ke generasi selanjutnya.
Peran Perguruan Tinggi dalam Menjawab Tantangan Sosial
Universitas Budi Luhur sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab sosial untuk menjawab tantangan yang dihadapi masyarakat. Melalui program ini, mereka berusaha untuk berkontribusi terhadap pengembangan masyarakat dan lingkungan. Pendekatan berbasis riset dan inovasi sangat penting, agar solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat.
Dosen-dosen yang terlibat dalam kegiatan ini bukan hanya berfungsi sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator. Mereka membantu masyarakat untuk memahami dan menerapkan ilmu yang didapatkan ke dalam praktik sehari-hari. Dengan demikian, pengetahuan tersebut menjadi lebih berguna dan relevan.
Keterlibatan langsung dosen dalam kegiatan pengabdian masyarakat juga membuka peluang untuk penelitian lebih lanjut. Hasil dari program ini dapat dijadikan bahan penelitian yang memberikan manfaat ganda, baik untuk akademisi maupun masyarakat. Di samping itu, hal ini membantu memperkuat hubungan antara institusi pendidikan dengan komunitas.
Dari program ini, terlihat bahwa kemitraan antara universitas dan masyarakat tidak hanya memberikan manfaat satu arah. Komunitas pun dapat memberikan masukan yang berharga untuk pengembangan kurikulum di perguruan tinggi, sehingga pendidikan yang diberikan lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat.