Keraton Yogyakarta mengonfirmasi bahwa Keraton Surakarta telah mengirimkan utusan untuk menyampaikan kabar duka mengenai wafatnya SISKS Pakubuwana XIII Hangabehi pada Minggu, 2 November. Berita ini disampaikan melalui surat resmi yang diterima oleh Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menandai sebuah momen bersejarah dan emosional bagi kedua kerajaan.
Utusan ini diterima langsung oleh dua putri Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi dan GKR Bendara, yang menjelaskan pentingnya hubungan antara kedua keraton dalam menjalankan tradisi dan adat istiadat. Rangkaian acara penerimaan utusan diadakan di Pendapa Ndalem Kilen, menunjukkan tata cara resmi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan.
KRT Purwowinoto, selaku Penghageng II Kawedanan Purwa Aji Laksana Keraton Yogyakarta, menyatakan bahwa mereka masih menunggu arahan lebih lanjut mengenai siapa yang akan diutus untuk melayat ke Pajimatan Imogiri. Proses pemakaman Pakubuwana XIII menjadi perhatian masyarakat luas, mengingat kedudukannya yang penting dalam sejarah keraton.
Pengumuman Resmi Tentang Wafatnya Pakubuwana XIII
Pernyataan resmi mengenai wafatnya Pakubuwana XIII diungkapkan oleh Kawedanan Tandha Yekti, sebuah departemen yang mengelola pusat data dan informasi di Keraton Yogyakarta. Dalam keterangan ini, disampaikan bahwa kabar duka tersebut bukan hanya sebuah kehilangan bagi Keraton Surakarta, tetapi juga bagi seluruh masyarakat yang mengagungkan nilai-nilai tradisional keraton.
Pakubuwana XIII meninggal pada pukul 07.30 WIB, meninggalkan warisan yang mendalam di kalangan masyarakat. Jenazahnya dijadwalkan untuk dimakamkan di Pajimatan Imogiri, lokasi pemakaman yang memiliki makna historis dan spiritual bagi kedua keraton.
Sebagai bentuk penghormatan, Keraton Yogyakarta meniadakan pentas budaya dan tidak membunyikan gamelan sampai pemakaman selesai. Tindakan ini menunjukkan betapa besarnya rasa duka yang dirasakan oleh kedua pihak dan masyarakat luas.
Persiapan Pemakaman dan Ritual Adat yang Dijalankan
Ritual pemakaman Pakubuwana XIII direncanakan untuk dilaksanakan dengan penuh khidmat. Jenazah akan dibawa menggunakan kereta khusus, Rata Pralaya, menuju Rumah Dinas Wali Kota Solo di Loji Gandrung sebelum akhirnya dipindahkan ke mobil jenazah untuk dibawa ke Imogiri. Ini adalah tradisi yang dipegang teguh dalam ritual keraton untuk memastikan penghormatan yang layak diberikan.
Pemakaman ini diantisipasi akan dihadiri oleh banyak tokoh penting, termasuk Wakil Presiden dan Presiden Republik Indonesia. Kehadiran mereka menandakan besarnya pengaruh yang dimiliki Pakubuwana XIII dan rasa hormat yang diberikan kepada keluarga keraton oleh pemerintah.
Pihak Keraton Yogyakarta menekankan perlunya menjaga tradisi dan adat istiadat yang telah ada sebagai bagian dari kehormatan kepada almarhum. Hal ini penting untuk menegaskan bahwa meskipun terjadi pergeseran zaman, nilai-nilai keraton tetap lestari dan dihormati.
Duka Cita yang Menyentuh Seluruh Masyarakat
Kesedihan atas wafatnya Pakubuwana XIII tidak hanya dirasakan oleh warga keraton, tetapi juga meluas ke masyarakat yang lebih luas. Banyak yang melayat dan memberikan dukungan kepada keluarga keraton dalam masa sulit ini, menandakan hubungan erat antara keraton dan rakyatnya.
Karangan bunga dan ungkapan duka cita juga datang dari berbagai kalangan, memperlihatkan betapa besar pengaruh almarhum di mata masyarakat. Tradisi mengirim karangan bunga sebagai ungkapan duka adalah salah satu cara mendukung dan menghormati warisan yang ditinggalkan.
Sebagai simbol kedekatan antara komunitas dan keraton, berbagai kegiatan juga diadakan sebagai bentuk penghormatan. Ini merupakan momen di mana masyarakat bersatu untuk mengenang jasa dan kontribusi Pakubuwana XIII selama masa hidupnya.







