Dalam sebuah ajang trail run di lereng Gunung Lawu, dua pelari berpengalaman, Pujo Buntoro (55) dan Sigit Joko Poernomo (45), meninggal dunia. Insiden yang menimpa keduanya mengundang perhatian publik dan menyoroti pentingnya keamanan dalam acara lari di alam bebas.
Pujo dan Sigit adalah aparatur sipil negara (ASN) yang dikenal aktif dalam kegiatan olahraga, terutama lari. Malang tak dapat ditolak, keduanya mengalami masalah kesehatan saat mengikuti perlombaan ini, yang menimbulkan banyak pertanyaan mengenai penyelenggaraan dan persiapan acara tersebut.
Tragedi ini menggugah kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan sebelum mengikuti acara serupa. Banyak yang berharap insiden ini menjadi pelajaran bagi penyelenggara untuk lebih memperhatikan keselamatan peserta di masa mendatang.
Detail Kematian Dua Pelari dalam Ajang Trail Run
Meninggalnya Pujo dan Sigit saat mengikuti Siksorogo Lawu Ultra 2025 tak hanya menyentuh keluarga mereka, tetapi juga menggemparkan komunitas pelari. Pembina acara, Tony Harmoko, memberikan keterangan bahwa Pujo merupakan ASN di Kementerian Agama, sedangkan Sigit dari Kementerian Pariwisata.
Selama perlombaan berlangsung, Sigit sempat mengalami kram kaki dan mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Dia mencoba melanjutkan lari, namun beberapa saat kemudian, Sigit mengalami serangan jantung yang membuatnya tidak sadarkan diri.
Tim medis setempat berusaha memberikan pertolongan, namun nyawanya tidak tertolong. Kejadian ini menjadi sorotan bagi banyak pihak tentang kesiapan medis selama acara olahraga seperti ini.
Peran Pejabat Kementerian Pariwisata Dalam Acara
Sigit Joko Poernomo menjabat sebagai Kepala Biro Umum dan Hukum di Kementerian Pariwisata. Dalam perjalanan kariernya, Sigit rajin mengikuti acara lari dan kegiatannya di komunitas pelari telah menginspirasi banyak orang.
Brilianto, Ketua Siksorogo, mengungkapkan bahwa Sigit tak hanya hadir untuk berpartisipasi tetapi juga memantau kualitas acara lari tersebut. Ini menunjukkan besarnya perhatian Sigit terhadap perkembangan olahraga di Indonesia.
Selain berkompetisi, Sigit dan Pujo adalah contoh ASN yang aktif dalam kegiatan fisik, dan kehadiran mereka di acara ini menjadi salah satu bentuk dukungan terhadap promosi olahraga di kalangan pegawai negeri.
Pentingnya Kesiapan Fisik dan Kesehatan Dalam Atletik
Sebelum mengikuti perlombaan, peserta diwajibkan untuk menunjukkan surat sehat yang berasal dari dokter. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir risiko kesehatan saat berada di lapangan.
Rachmat Septiyanto sebagai Direktur Acara menyatakan bahwa mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh di pasca tragedi ini. Penambahan tenaga medis dan peningkatan sistem evakuasi akan diperhatikan agar hal serupa tidak terulang.
Dalam pernyataannya, Rachmat juga menyebutkan bahwa partisipasi peserta tahun ini jauh lebih banyak dibanding sebelumnya, dengan total mencapai 5.700 orang. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi panitia untuk menjamin keselamatan setiap peserta.
Evaluasi dan Tanggung Jawab Panitia Sesuai Protokol Kesehatan
Menanggapi kejadian ini, panitia Siksorogo Lawu Ultra 2025 menyadari pentingnya mengevaluasi rute dan fasilitas medis yang ada. Sebagai langkah awal, mereka berencana menambah jumlah tim evakuasi dan medis di lapangan.
Brilianto, Ketua Siksorogo, menegaskan bahwa semua peserta diharuskan memiliki surat sehat dan lulus pemeriksaan sebelum mengikuti perlombaan. Ini menunjukkan komitmen penyelenggara terhadap keselamatan peserta.
Koordinator medis dalam acara tersebut memastikan bahwa cek kesehatan peserta dapat dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara. Penegasan ini penting agar peserta memahami betapa seriusnya aspek kesehatan dalam perlombaan yang diikuti.
Setiap peserta yang tidak memiliki surat sehat tidak akan diizinkan mengikuti lomba. Hal ini merupakan bagian dari Standar Operasional Prosedur (SOP) yang harus dipatuhi oleh semua peserta.
Dengan penegakan aturan ini, diharapkan insiden tragis seperti ini tidak akan terulang di masa mendatang, dan peserta dapat berpartisipasi dengan aman dan nyaman.







